Perjuangan Guru Dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

 

Perjuangan Guru Dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

(Penulis: Maspupah, S.Kom)


Pandemi Covid 19, sepanjang Februari 2020 hingga penghujung akhir tahun ini, masih banyak menyisakan persoalan pendidikan. Tidak hanya pendidikan yang terdampak, tapi ekonomi dan aspek lain pun ikut terkena dampaknya. Penerapan PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh SD, SMP,SMA, SMK maupun mahasiswa, tentu tidak semudah itu dalam pelaksanaannya. Semua pihak terkait dan sekolah maupun universitas tentu melakukan penyesuaikan-penyesuaian yang dirasa cocok dan tepat untuk sekolah masing-masing.

Keputusan KBM secara Daring, tidak hanya dirasakan kesulitannya oleh siswa saja, orang tua/wali siswa dan guru tentu merasakan kesulitan. Selama PJJ siswa merasa KBM Daring kurang efektif, kurang paham materi, memiliki kendala internet, meski punya kuota anak masih bingung dan delay saat web meeting. Apalagi siswa Teknik, hanya melihat tutorial, mereka tidak bisa melakukan praktek di dunia kerja dan berdampak pada nama SMK di dunia kerja. Padahal hal ini tidak hanya karena faktor kualitas sekolah, tapi faktor pelarangan daring oleh pemerintah.

Siswa sering mengeluhkan banyaknya tugas yang diberikan guru. Padahal jika dibandingkan tatp muka di masa normal, tugas yang diberikan pada masa pandemi ini dirasa guru sangat simple, dan kurang maksimal untuk mengukur pemahaman anak terhadap materi yang sudah dipelajari. Dan siswa menganggap guru jelas sudah pintar, karena guru sudah paham. Padaha banyak guru yang baru mempelajari aplikasi untuk kebutuhan KBM daring, bahkan untuk masalah materi dan lainnya guru juga sama seperti siswa mengalami perubahan kurikulum juga sampai ke materi. Seperti penulis sendiri alami, ketika mengajar mata pelajaran WAN contohnya, jika sebelum K13 revisi berlaku materi FO hanya sebatas pengenalan. Sedangkan setelah K13 revisi itu dibahas di beberapa KD sampai detail dan prakteknya.

Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menyebutkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memang memiliki tantangan tersendiri. Maka guru dan sekolah harus bisa berinovasi. Yang menjadi pertimbangan ialah ketika harus melakukan pembelajaran tatap muka, maka guru harus menerapkan protokol kesehatan. Hal ini guna mencegah penyebaran virus Corona.

Satriwan mengungkapkan sekolah di tengah pandemi harus mencari jalan sendiri. Sebab, kunci sukses dalam melaksanakan pembelajaran di masa pandemi adalah memanfaatkan media yang ada dan bisa dipakai oleh teman-teman guru. Dia meyakini, semangat menggunakan apa yang ada menjadi tingkat motivasi tertinggi dari para guru kepada para murid yang ingin mendapatkan pembelajaran di tengah pandemi. Sebab, beberapa kendala pembelajaran di tengah pandemi akan terus bermunculan. (Sumber: Medcom.id, 6 /11/2020)

Setelah diumumkan siswa harus belajar dari rumah untuk mencegah penularan virus Corona (COVID-19), Kiswanto memulai pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan WhatsApp Group paguyuban kelas. Ia menyadari pembelajaran daring ini memerlukan dukungan orangtua. “Yang saya prioritaskan pertama adalah berkomunikasi dan meyakinkan orangtua siswa untuk mendukung kebutuhan belajar dari rumah bagi anak-anaknya,” kata Kiswanto dalam webinar guru berbagi Manajemen Pembelajaran Daring untuk Sekolah Pedesaan yang diselenggarakan Kemdikbud dan Tanoto Foundation, Selasa (12/5). 



Mungkin guru IT tidak terlalu kesulitan saat mempelajari cara menginstall dan memanfaatkan bebrapa aplikasi baru pembelajaran. Namun coba siswa ikut memahami bahwa yang mengalami kesulitan tidak hanya siswa, guru senior, yang lahir diangkatan 70-an ke bawah pasti dan sangat mungkin cukup sulit untuk menyesuaikan diri dengan PJJ. Karena mereka terbiasa menggunakan pembelajaran langsung dengan ceramah, belum selesai menyesuaikan diri dengan K13 yang membuat mereka harus merubah pembelajaran ke siswa yang lebih aktif belajar , pandemi memaksa mereka untuk menyesuaikan diri lagi, mereka dituntut harus segera belajar dan menerapkan ke KBM Daring dengan TPACK yaitu penggunakaan pendekatan belajar dan pemanfaatan teknologi dan aplikasi untuk melakukan KBM Daring. Baik dari absen, mempelajarai materi sampai mengumpulkan tugas di lakukan secara daring.

Guru pun perlu waktu untuk belajar install dan mempelajari cara menggunakan aplikasi PJJ yang sangat variatif. Ada web meeting dengan zoom, google meet, skype, Microsoft Teams dan lainnya. Sedangkan untuk pengumpulan tugas dan materi ada whatsapp group, youtube, edmodo, Microsoft teams, google classroom, schology, google form, Microsoft form dan lainnya. Dan bahkan ada beberapa guru tidak hanya menggunakan 1 aplikasi saja untuk PJJ, karena pasti tiap aplikasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Dari semua penggunakan aplikasi dan kebutuhan mencari referensi, menambah deretan masalah PJJ. Yaitu siswa merasa kurang memiliki kuota dan mereka kesulitan meminta jatah kuota kepada orang tuanya masing-masing, karena tidak semua orang tua mampu membelikan kuota unlimited untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa. Sehinggga hal ini menambah permasalahan sekolah dan pendidikan pula.

Untung saja Mendikbud mengatakan keterbatasan ketersediaan paket data internet bagi pendidik dan peserta didik selama ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Solusinya, Kemendikbud beserta pemangku kepentingan lainnya yakni Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Memberikan subsidi kuota internet untuk siswa, guru, mahasiswa, dan dosen selama empat bulan senilai Rp 7,2 triliun.(Sumber: TRIBUNJOGJA.COM ,25/9/2020)



Pemerintah terus berupaya menyempurnakan program Pembelajaran Jarak Jauh. Salah satu langkah terbaru yang dilakukan ialah dengan membagikan kuota data internet gratis kepada para pelajar dan tenaga pengajar. Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir mengatakan, bantuan kuota internet itu untuk menjaga kualitas SDM Indonesia dalam proses belajar mengajar selama pandemi. "Pandemi tidak bisa dijadikan alasan. Bantuan kuota data ini juga dalam konteks untuk menjaga kualitas SDM bangsa, sekaligus menjaga agar hak setiap peserta didik dalam mengakses pendidikan terpenuhi," ujar Erick melalui keterangan resmi, Kamis (1/10).

Sebagai instansi yang bertanggung jawab, Kementerian Pendidikan mengungkapkan penyaluran bantuan kuota data internet pada September ditujukan kepada 27,3 juta orang yang terdiri dari peserta didik di tingkat SD, SMP, SMA atau sederajat serta SLB. Selain itu mahasiswa akademi, vokasi, guru dan dosen juga akan memperoleh jatah kuota data internet gratis. Jumlah tersebut sudah mencapai 45% dari total penerima manfaat yang disasar yakni sebanyak 60 juta orang. "Seluruh tingkatan pendidikan mendapatkan bantuan kuota data internet, bahkan pengajarnya juga mendapatkan bantuan kuota," ujar Pelaksana Tugas Kapusdatin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Hasan Chabibie.

Artinya, itu hanya bisa dipergunakan sesuai dengan aplikasi pembelajaran dan layanan video conference yang digunakan sebagai media belajar daring. "Kuota berlaku selama 30 hari terhitung sejak diterima oleh nomor ponsel pendidik dan peserta didik," katanya. Syarat untuk mendapatkan bantuan kuota data internet pun cukup mudah. Calon penerima bantuan hanya perlu terdaftar dalam data pokok pendidikan (dapodik) serta memiliki nomor ponsel yang aktif. "Syarat menerima bantuan dibuat semudah mungkin. Hal yang paling penting adalah terdaftar dalam aplikasi dapodik dan memiliki nomor aktif atas nama orang tua, anggota keluarga atau wali," terang Hasan. (Sumber: mediaindonesia.com 01 Oktober 2020)

Tidak hnya itu sekolah kita SMK Panca Bhakti  Banjarnegara juga berusaha ikut andil dalam memberi solusi atas masalah PJJ dengan memberikan bantuan kuota belajar kepada guru dan siswa. Menjelang ujian sekolah beberapakali sekolah kita telah memberikan bantuan kuota.  Diambil dari Dana BOS terang Kepala Sekolah dan Tim Bendahara dan Operator Dapodik sebagai  pelaksana. Ketika pembagiannya pun beberapa saat lalu paket data internet diberikan bertahap, selama 3 hari untuk menjauhi kerumunan siswa. Dikoordinir per angkatan kelas dengan pendampingan walikelas sekaligus pembagian buku cetak siswa untuk belajar dirumah.

 

Comments